Sekotak bekal.....

By intan lestari - 5/30/2013 03:03:00 PM


 Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi aku terbangun dan mencium aroma sedap “Hmmm....wangi sekali,wangi apa ini?”aku mencari sumber aroma sedap itu yang ku tebak dari arah dapur.
“Ibu...Bu...Ibu di mana?” aku mencari-cari ibu
“Ya Din,ibu di sini. Kamu sudah bangun nak?”
“Iya bu,Dinda baru aja bangun. Ibu masak apa?kok sedap sekali aromanya sampai tercium dari kamar Dinda”
“Ibu masak nasi goreng kesukaan kamu nak,kamu mandi dulu ya sayang habis itu baru sarapan”
“Siap ibu” aku meletakkan tanganku di kepala sebagai tanda hormat pada ibu
 Dua puluh menit kemudian aku selesai mandi dan berpakaian lalu aku menuju ke ruang makan
“Bu kok ibu masak nasi goreng mulu sih bu,emang ibu ga bosen?Dinda aja bosen bu”
“Dinda bosen?Dinda ga suka ya sama masakan ibu?maafin ibu ya nak” seketika raut wajah ibu berubah sedih
“Ga gitu ibu,maksud Dinda ibu bikin menu lain gitu bu,kayak nasi tim,bubur ayam atau apa aja. Ibu...ibu jangan sedih gitu dong bu,Dinda kan ga bermaksud bikin ibu sedih”
“Iya sayang ibu ga sedih karena kamu kok,ibu sedih karena ibu ga bisa kasih apa aja yang kamu mau”
“Ibu ga boleh ngomong gitu bu,ibu udah ngasih apa yang Dinda mau kok bu” aku memeluk ibu
“Kalo memang begitu kenapa hanya untuk membuat menu lain buat kamu sarapan aja ibu ga bisa karena ibu ga punya uang”
“Ibu...maafin Dinda bu dinda bikin ibu keinget ayah kan bu. Yaudah deh bu Dinda makan kok nasi gorengnya tapi ibu jangan nangis lagi ya” aku memeluk sambil menyeka air mata ibu
“Iya sayang,makasih ya nak. Kamu udah jadi anak yang baik buat ibu” Ibu membalas pelukanku
“Iya ibu.aku sayang sama ibu”
“Ibu juga sayang kamu nak”
 Aku menikmati sarapan pagiku dengan lahap sebagai tanda permintamaafanku ke ibu karena sudah membuat ibu sedih dan teringat pada ayah yang telah tiada. Memang tidak seharusnya aku menuntut ibu ini dan itu karena semenjak ayah meninggal dunia ibulah yang seorang diri menafkahi dan membiayai semua keperluanku. Semenjak ayah ga ada ibu memikul beban yang lebih berat yaitu menjadi ibu sekaligus ayah bagiku,aku tau ibu pasti sangat lelah tapi ibu tidak pernah menujukkannya padaku,ibu malah selalu menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang tulus padaku. Aku seharusnya bangga pada ibu bukan malah menuntut ibu ini itu seperti yang aku lakukan barusan. Aku melahap habis nasi goreng buatan ibu dan setelah habis aku berpamitan pada ibu untuk berangkat ke sekolah
-----
 Jam istirahat tiba. Aku membuka kotak bekal yang sudah ibu siapkan untukku tadi pagi,saat aku membuka aku melihat hanya ada telur dadar,tahu goreng,dan sambal aku sempat kecewa melihat bekal pemberian ibu tapi cepat-cepat ku usir rasa kesal yang mulai menghampiriku lagi karena aku harus ingat bagaimana perjuangan ibu mengihidupiku. Tidak seperti biasanya aku melihat Vira duduk termenung di bangkunya sendirian tanpa teman-teman satu gengnya,dia terlihat murung sekali seperti sedang ada masalah aku ingin mendekatinya tapi ku urungkan niatku itu karena aku tau jika aku sedikit saja salah bicara hidupku ga akan aman di sekolah ini.
 Ya memang,Vira punya geng bernama “Teenagers” yang sangat terkenal di sekolah kami dan setiap anak perempuan di sekolah ini selalu ingin menjadi anggota geng mereka,namun mereka harus siap fisik dan mental jika ingin masuk geng Vira karena nantinya mereka akan di kerjai habis-habisan oleh semua anggota geng teenagers. Aku saja yang tidak pernah ada niat untuk bergabung dengan mereka sering jadi bulan-bulanan mereka apalagi yang ngebet ikutan masuk geng mereka bisa habis aku. Aku sering jadi bulan-bulanan mereka saat sedang ada pr menumpuk,mereka tidak segan-segan menyuruhku mengerjakan pr mereka yang seabrek-seabrek dan kadang juga mereka menyuruhku dan anak-anak lain mengerjakan tugas mereka yang sudah lama belum mereka kerjakan tapi masih di tagih oleh guru yang bersangkutan dengan pelajaran tersebut,sungguh malang nasibku dan anak-anak sepertiku.
 Tapi jujur saja di antara anggota teenager Vira lah yang paling jarang menyuruh dan membentak-bentak anak-anak di sekolah kami padahal dia ketua gengnya,entahlah aku juga tidak mengerti kenapa buntut bisa lebih galak dari kepala.
-----
Saat aku ingin kembali ketempat dudukku ku dengar Vira memanggilku
“Din sini! Duduk samping gue”
“Hah?a...aku Vir,ka...ka...kamu manggil aku” aku celingak-celinguk ga karuan sekaligus merasa insecure padahal Vira hanya memanggilku
“Iya gue manggil elo,siapa lagi?orang kita cuma berdua di sini.Kenapa?Lo takut?Santai aja kali gue ga makan orang kok”
“Yaudah iya”
“Nah gitu dong,lagi ngapain sih lo takut ama gue?emang gue makan orang?”
“Ya ga gitu,tapi kamu kan ketua geng tenar di sekolah ini jadi wajar kalo aku agak sedikit ngerasa insecure kalo deket kamu”
“Hahaha Cuma karena gitu doang lo takut ama gue?yaelah nyantai aja lagi gue tuh ga segalak yang lo bayangin kok”
 Sumpah demi apapun selama aku bersekolah dan sekelas sama Vira baru kali ini aku lihat dia ketawa selepas itu di saat ga bareng dengan teman satu gengnya,dia terlihat manis dan lugu saat sedang tertawa seperti itu dan itu membuatku merasa lebih nyaman berdekatan dengannya.
“Ya lagi kan hmmm.... maaf sebelumnya temen-temen kamu kan galak sama kita-kita ya aku kira kamu juga gitu”
“Ya enggaklah gue tuh ga gitu kali,lagian ya anak-anak itu sok galak karena kalo mereka lembek ntar lo semua pada ga takut lagi sama mereka dan gamau lagi bikinin pr mereka yang seabrek itu hahaha”
“Oh gitu ya aku baru tau,hehehehe” aku tertawa sangat canggung karena aku takut jika tertawa terlalu lepas Vira malah ngamuk-ngamuk di sangkain aku ngeledek dia kan bahaya
“Iya gitu,eh btw lo tiap hari bawa bekal ya?kayaknya gue jarang banget liat lo di kantin”
“Iya,sebenarnya aku juga gamau takut bikin ibu repot tapi tiap pagi ibu selalu bikinin sarapan buat aku”
“Enak ya jadi lo punya nyokap perhatian punya waktu buat anaknya”
“Iya ibu memang sayang banget sama aku soalnya aku anak semata wayang,emangnya kamu ga pernah di bikinin sarapan?”
“Hahaha bikinin gue sarapan?boro-boro mau bikinin sarapan ketemu aja jarang,nyokap gue pulang kalo gue udah tidur dan pergi di saat gue belom bangun”
Tawa yang aku dengar barusan dari bibir Vira bukanlah tertawa bahagia seperti yang tadi ku dengar,tawa ini terdengar seperti tawa palsu yang menutupi kesedihan dalam dirinya
“Mama kamu wanita karir?hebat dong!kamu pasti bangga punya mama kayak mama kamu semua yang kamu mau pasti kamu dapet”
“Ya gue bangga sama nyokap tapi gue ga ngerasa bahagia karena nyokap selalu ga ada waktu buat gue.Asal lo tau aja gue sering berantem sama nyokap Cuma gara-gara gue minta mama supaya punya waktu buat gue”
“Kamu ga boleh gitu,mama kamu pasti punya alasan kenapa dia harus bekerja siang malam itu semua pasti buat kamu juga”
“Apa yang lo bilang bener,kalo bukan mama siapa lagi yang akan menghidupi gue mama kan single parents”
“Mama kamu single parents?sama dong kayak ibuku,aku bangga banget sama ibu walaupun ibu single parents ibu tetap bisa mencukupi semua kebutuhanku”
“Oh ya btw lo ga bosen apa di bawain bekel mulu ama nyokap,ga mau nyoba makanan kantin gitu”
“Pernah sih,tapi aku mikir kalo misalkan aku nolak kotak bekal yang ibu kasih ke aku yang aku takutin kotak bekal yang aku tolak itu adalah kotak bekal terakhir pemberian ibu padaku makanya walaupun bosan aku tidak pernah menolak bekal pemberian ibu. Aku ga mau kalo aku akan menyesal nantinya kalo aku inget saat dimana ibu selalu bikinin aku bekal di pagi hari ,saat di mana setiap pagi ibu membangunkanku dan di sambut senyum manisnya,saat di mana aku mencium aroma sedap dari dapur yang merupakan wangi dari masakan special yang ibu masak khusus buatku,saat dimana ibu memeluk dan membelai aku dengan tulus,saat dimana ibu menasehatiku dan menyeka air mata aku waktu aku nangis,saat dimana ibu dengan sangat setia menjaga di saat aku sakit,saat dimana ibu khawatir jika aku pulang malam dan menungguku hingga tidak tidur,saat dimana dulu ibu pernah mendongengkan aku sebelum tidur saat aku masih kecil,saat dimana ibu terbangun tengah malam mendengar tangisanku dan menggantikan popokku,saat dimana aku bisa cerita apapun tentang ibu :') .Aku ga mau itu semua terjadi makanya aku berusaha menjadi anak yang baik buat ibu”
 Selesai aku berkata panjang lebar ku lihat Vira membalikkan badan,dapat ku lihat buliran bening nan indah turun menyusuri pipi halusnya dan dengan sigap ia menyeka air matanya lalu kembali menghdapku.
“Din.....”
“Ya Vir,ada apa?”
“Makasih ya,makasih banget”
“Makasih?makasih buat apa?
“Makasih karena lo udah bikin gue sadar betapa berartinya nyokap di hidup gue,betapa berjasanya nyokap dalam hidup gue,betapa indah dan istimewanya nyokap dalam hidup gue.Sekali lagi makasih ya”
Kali ini Vira tidak bisa menahan tangisnya dia menumpahkan seluruh air matanya di pundakku sambil memelukku dengan erat
“Iya sama-sama Vir,udah jangan sedih lagi.Yuk kita makan bareng”Aku mencoba menenangkan Vira dan menyeka air matanya
“Lo mau makan sama gue?”
“Tentu saja,kita kan teman” aku tersenyum pada Vira
“Terimakasih Din,lo emang teman yang baik lo mengajarkan arti hidup ke gue”
“Iya Vir,ayo makan”
“Din....” vira tersenyum sambil menyeka sisa-sisa air mata di pipinya
“Ya Vir,ada apa?”
“Lo mau jadi sahabat gue?”
“Tentu saja,tapi apa kamu yakin teman kamu akan setuju jika kamu berteman denganku?”
“Kenapa enggak?lagi juga walaupun mereka ga suka aku akan tetap bersahabat dengan kamu” Vira memelukku
“Iya Vira aku mau sangat mau menjadi sahabatmu”
“Serius?janji kamu Din” Vira melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingkigku
“Hmmm..... janji”
“Terimakasih sudah mau jadi sahabatku Din,aku menyayangimu sahabatku”
“So sweet....Hahahah aku juga menyayangimu Vira sahabatku”
Sejak siang itu aku dan Vira bersahabat dekat dan Vira keluar dari teenagers karena dugaanku benar mereka tak akan suka padaku.Tapi tak apa karena aku sudah menemukan sahabat sebaik Vira dan aku menyayanginya,ini semua karena sekotak bekal special buatan ibu <3.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar