Jam menunjukkan pukul
05.30 pagi aku terbangun dan mencium aroma sedap “Hmmm....wangi sekali,wangi
apa ini?”aku mencari sumber aroma sedap itu yang ku tebak dari arah dapur.
“Ibu...Bu...Ibu di mana?” aku mencari-cari ibu
“Ya Din,ibu di sini. Kamu sudah bangun nak?”
“Iya bu,Dinda baru aja bangun. Ibu masak apa?kok sedap
sekali aromanya sampai tercium dari kamar Dinda”
“Ibu masak nasi goreng kesukaan kamu nak,kamu mandi dulu ya
sayang habis itu baru sarapan”
“Siap ibu” aku meletakkan tanganku di kepala sebagai tanda
hormat pada ibu
Dua puluh menit
kemudian aku selesai mandi dan berpakaian lalu aku menuju ke ruang makan
“Bu kok ibu masak nasi goreng mulu sih bu,emang ibu ga
bosen?Dinda aja bosen bu”
“Dinda bosen?Dinda ga suka ya sama masakan ibu?maafin ibu ya
nak” seketika raut wajah ibu berubah sedih
“Ga gitu ibu,maksud Dinda ibu bikin menu lain gitu bu,kayak
nasi tim,bubur ayam atau apa aja. Ibu...ibu jangan sedih gitu dong bu,Dinda kan
ga bermaksud bikin ibu sedih”
“Iya sayang ibu ga sedih karena kamu kok,ibu sedih karena
ibu ga bisa kasih apa aja yang kamu mau”
“Ibu ga boleh ngomong gitu bu,ibu udah ngasih apa yang Dinda
mau kok bu” aku memeluk ibu
“Kalo memang begitu kenapa hanya untuk membuat menu lain
buat kamu sarapan aja ibu ga bisa karena ibu ga punya uang”
“Ibu...maafin Dinda bu dinda bikin ibu keinget ayah kan bu.
Yaudah deh bu Dinda makan kok nasi gorengnya tapi ibu jangan nangis lagi ya”
aku memeluk sambil menyeka air mata ibu
“Iya sayang,makasih ya nak. Kamu udah jadi anak yang baik
buat ibu” Ibu membalas pelukanku
“Iya ibu.aku sayang sama ibu”
“Ibu juga sayang kamu nak”
Aku menikmati sarapan
pagiku dengan lahap sebagai tanda permintamaafanku ke ibu karena sudah membuat
ibu sedih dan teringat pada ayah yang telah tiada. Memang tidak seharusnya aku
menuntut ibu ini dan itu karena semenjak ayah meninggal dunia ibulah yang
seorang diri menafkahi dan membiayai semua keperluanku. Semenjak ayah ga ada
ibu memikul beban yang lebih berat yaitu menjadi ibu sekaligus ayah bagiku,aku
tau ibu pasti sangat lelah tapi ibu tidak pernah menujukkannya padaku,ibu malah
selalu menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang tulus padaku. Aku seharusnya
bangga pada ibu bukan malah menuntut ibu ini itu seperti yang aku lakukan
barusan. Aku melahap habis nasi goreng buatan ibu dan setelah habis aku
berpamitan pada ibu untuk berangkat ke sekolah
-----
Jam istirahat tiba. Aku
membuka kotak bekal yang sudah ibu siapkan untukku tadi pagi,saat aku membuka
aku melihat hanya ada telur dadar,tahu goreng,dan sambal aku sempat kecewa
melihat bekal pemberian ibu tapi cepat-cepat ku usir rasa kesal yang mulai
menghampiriku lagi karena aku harus ingat bagaimana perjuangan ibu
mengihidupiku. Tidak seperti biasanya aku melihat Vira duduk termenung di
bangkunya sendirian tanpa teman-teman satu gengnya,dia terlihat murung sekali
seperti sedang ada masalah aku ingin mendekatinya tapi ku urungkan niatku itu
karena aku tau jika aku sedikit saja salah bicara hidupku ga akan aman di
sekolah ini.
Ya memang,Vira punya
geng bernama “Teenagers” yang sangat terkenal di sekolah kami dan setiap anak
perempuan di sekolah ini selalu ingin menjadi anggota geng mereka,namun mereka
harus siap fisik dan mental jika ingin masuk geng Vira karena nantinya mereka
akan di kerjai habis-habisan oleh semua anggota geng teenagers. Aku saja yang
tidak pernah ada niat untuk bergabung dengan mereka sering jadi bulan-bulanan
mereka apalagi yang ngebet ikutan masuk geng mereka bisa habis aku. Aku sering
jadi bulan-bulanan mereka saat sedang ada pr menumpuk,mereka tidak segan-segan
menyuruhku mengerjakan pr mereka yang seabrek-seabrek dan kadang juga mereka
menyuruhku dan anak-anak lain mengerjakan tugas mereka yang sudah lama belum
mereka kerjakan tapi masih di tagih oleh guru yang bersangkutan dengan
pelajaran tersebut,sungguh malang nasibku dan anak-anak sepertiku.
Tapi jujur saja di
antara anggota teenager Vira lah yang paling jarang menyuruh dan
membentak-bentak anak-anak di sekolah kami padahal dia ketua gengnya,entahlah
aku juga tidak mengerti kenapa buntut bisa lebih galak dari kepala.
-----
Saat aku ingin kembali ketempat dudukku ku dengar Vira
memanggilku
“Din sini! Duduk samping gue”
“Hah?a...aku Vir,ka...ka...kamu manggil aku” aku
celingak-celinguk ga karuan sekaligus merasa insecure padahal Vira hanya
memanggilku
“Iya gue manggil elo,siapa lagi?orang kita cuma berdua di
sini.Kenapa?Lo takut?Santai aja kali gue ga makan orang kok”
“Yaudah iya”
“Nah gitu dong,lagi ngapain sih lo takut ama gue?emang gue
makan orang?”
“Ya ga gitu,tapi kamu kan ketua geng tenar di sekolah ini
jadi wajar kalo aku agak sedikit ngerasa insecure kalo deket kamu”
“Hahaha Cuma karena gitu doang lo takut ama gue?yaelah
nyantai aja lagi gue tuh ga segalak yang lo bayangin kok”
Sumpah demi apapun
selama aku bersekolah dan sekelas sama Vira baru kali ini aku lihat dia ketawa
selepas itu di saat ga bareng dengan teman satu gengnya,dia terlihat manis dan
lugu saat sedang tertawa seperti itu dan itu membuatku merasa lebih nyaman
berdekatan dengannya.
“Ya lagi kan hmmm.... maaf sebelumnya temen-temen kamu kan
galak sama kita-kita ya aku kira kamu juga gitu”
“Ya enggaklah gue tuh ga gitu kali,lagian ya anak-anak itu
sok galak karena kalo mereka lembek ntar lo semua pada ga takut lagi sama
mereka dan gamau lagi bikinin pr mereka yang seabrek itu hahaha”
“Oh gitu ya aku baru tau,hehehehe” aku tertawa sangat
canggung karena aku takut jika tertawa terlalu lepas Vira malah ngamuk-ngamuk
di sangkain aku ngeledek dia kan bahaya
“Iya gitu,eh btw lo tiap hari bawa bekal ya?kayaknya gue
jarang banget liat lo di kantin”
“Iya,sebenarnya aku juga gamau takut bikin ibu repot tapi
tiap pagi ibu selalu bikinin sarapan buat aku”
“Enak ya jadi lo punya nyokap perhatian punya waktu buat
anaknya”
“Iya ibu memang sayang banget sama aku soalnya aku anak
semata wayang,emangnya kamu ga pernah di bikinin sarapan?”
“Hahaha bikinin gue sarapan?boro-boro mau bikinin sarapan ketemu
aja jarang,nyokap gue pulang kalo gue udah tidur dan pergi di saat gue belom
bangun”
Tawa yang aku dengar barusan dari bibir Vira bukanlah
tertawa bahagia seperti yang tadi ku dengar,tawa ini terdengar seperti tawa
palsu yang menutupi kesedihan dalam dirinya
“Mama kamu wanita karir?hebat dong!kamu pasti bangga punya
mama kayak mama kamu semua yang kamu mau pasti kamu dapet”
“Ya gue bangga sama nyokap tapi gue ga ngerasa bahagia
karena nyokap selalu ga ada waktu buat gue.Asal lo tau aja gue sering berantem
sama nyokap Cuma gara-gara gue minta mama supaya punya waktu buat gue”
“Kamu ga boleh gitu,mama kamu pasti punya alasan kenapa dia
harus bekerja siang malam itu semua pasti buat kamu juga”
“Apa yang lo bilang bener,kalo bukan mama siapa lagi yang
akan menghidupi gue mama kan single parents”
“Mama kamu single parents?sama dong kayak ibuku,aku bangga
banget sama ibu walaupun ibu single parents ibu tetap bisa mencukupi semua
kebutuhanku”
“Oh ya btw lo ga bosen apa di bawain bekel mulu ama
nyokap,ga mau nyoba makanan kantin gitu”
“Pernah sih,tapi aku mikir kalo misalkan aku nolak kotak
bekal yang ibu kasih ke aku yang aku takutin kotak bekal yang aku tolak itu
adalah kotak bekal terakhir pemberian ibu padaku makanya walaupun bosan aku
tidak pernah menolak bekal pemberian ibu. Aku ga mau kalo aku akan menyesal
nantinya kalo aku inget saat dimana ibu selalu bikinin aku bekal di pagi
hari ,saat di mana setiap pagi ibu membangunkanku dan di sambut senyum
manisnya,saat di mana aku mencium aroma sedap dari dapur yang merupakan wangi
dari masakan special yang ibu masak khusus buatku,saat dimana ibu memeluk dan
membelai aku dengan tulus,saat dimana ibu menasehatiku dan menyeka air mata aku
waktu aku nangis,saat dimana ibu dengan sangat setia menjaga di saat aku sakit,saat
dimana ibu khawatir jika aku pulang malam dan menungguku hingga tidak
tidur,saat dimana dulu ibu pernah mendongengkan aku sebelum tidur saat aku
masih kecil,saat dimana ibu terbangun tengah malam mendengar tangisanku dan
menggantikan popokku,saat dimana aku bisa cerita apapun tentang ibu :') .Aku ga
mau itu semua terjadi makanya aku berusaha menjadi anak yang baik buat ibu”
Selesai aku berkata
panjang lebar ku lihat Vira membalikkan badan,dapat ku lihat buliran bening nan
indah turun menyusuri pipi halusnya dan dengan sigap ia menyeka air matanya
lalu kembali menghdapku.
“Din.....”
“Ya Vir,ada apa?”
“Makasih ya,makasih banget”
“Makasih?makasih buat apa?
“Makasih karena lo udah bikin gue sadar betapa berartinya
nyokap di hidup gue,betapa berjasanya nyokap dalam hidup gue,betapa indah dan
istimewanya nyokap dalam hidup gue.Sekali lagi makasih ya”
Kali ini Vira tidak bisa menahan tangisnya dia menumpahkan
seluruh air matanya di pundakku sambil memelukku dengan erat
“Iya sama-sama Vir,udah jangan sedih lagi.Yuk kita makan
bareng”Aku mencoba menenangkan Vira dan menyeka air matanya
“Lo mau makan sama gue?”
“Tentu saja,kita kan teman” aku tersenyum pada Vira
“Terimakasih Din,lo emang teman yang baik lo mengajarkan
arti hidup ke gue”
“Iya Vir,ayo makan”
“Din....” vira tersenyum sambil menyeka sisa-sisa air mata
di pipinya
“Ya Vir,ada apa?”
“Lo mau jadi sahabat gue?”
“Tentu saja,tapi apa kamu yakin teman kamu akan setuju jika
kamu berteman denganku?”
“Kenapa enggak?lagi juga walaupun mereka ga suka aku akan
tetap bersahabat dengan kamu” Vira memelukku
“Iya Vira aku mau sangat mau menjadi sahabatmu”
“Serius?janji kamu Din” Vira melingkarkan jari kelingkingnya
ke jari kelingkigku
“Hmmm..... janji”
“Terimakasih sudah mau jadi sahabatku Din,aku menyayangimu
sahabatku”
“So sweet....Hahahah aku juga menyayangimu Vira sahabatku”
Sejak siang itu aku dan Vira bersahabat dekat dan Vira
keluar dari teenagers karena dugaanku benar mereka tak akan suka padaku.Tapi
tak apa karena aku sudah menemukan sahabat sebaik Vira dan aku
menyayanginya,ini semua karena sekotak bekal special buatan ibu <3.